Tugas ke-3 (Teori Organisasi Umum 1)
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu
"Communis" atau "common" dalam bahasa Inggris yang berarti
sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha mencapai kesamaan makna
"commonness", atau dengan ungkapan lain melalui informasi kita
mencoba untuk berbagi Informasi ,
gagasan atau sifat dengan partisipan lain. Kendala utama dalam berkomunikasi
adalah sering kali kita mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang
sama.
Komunikasi adalah
salah satu cara manusia berhubungan yang melibatkan pengertian atau maksud,
dengan syarat mereka perlu setuju dengan definisi istilah-istilah yang
digunakan berdasarkan sesuatu yang simbolik seperti isyarat,huruf,nomor dan
perkataan yang melambangkan ide-ide yang dapat menyampaikan maksud.
2. Unsur-unsur komunikasi dalam organisasi
Ada 5 unsur yang
terkandung dalam komunikasi:
·
Komunikator (communicator) yaitu
memberi berita,dalam hal ini adalah orang yang berbicara, pengirim berita atau
orang yang memberitakan.
·
Menyampaikan Informasi atau
berita, dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatakan,mengirim ataupun
menyiarkan.
· Berita-berita
( Message ) yang disampaikan dapat dalam bentuk perintah,laporan atau saran.
· Komunikan
(communicate) yaitu orang yang dituju, pihak penjawab atau para pengunjung yang
menerima informasi atau berita.
· Reaksi atau
tanggapan (respon) yaitu dalam bentuk tanggapan atau reaksi.
Kelima unsur komunikasi tersebut merupakan kesatuan yang
utuh dan bulat, dalam arti apabila salah satu unsur tidak ada maka komunikasi
tidak akan terjadi. Dengan demikian masing-masing unsur saling berhubungan dan
saling ketergantungan. Dan keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh semua
unsur tersebut.
3. Cara penyaluran ide melalui komunikasi
Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal
yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
gerak gerik badan seperti tersenyum,menggelengkan kepala, dan mengangkat bahu.
Dalam menyalurkan ide atau solusi harus ada si pengirim (sender) dan si
penerima (receiver). Ide-ide yang diambil pun tidak sembarangan, tetapi ada
penyaringan dan seleksi untuk diambil ide manakah yang terbaik untuk di ambil
dan dilaksanakan untuk oleh organisasi tersebut agar mencapai tujuan
bersama,serta visi dan misi suatu organisasi.
Adapun
tahapan-tahapan cara menyalurkan ide melalui komunikasi :
- Ide
(gagasan) oleh sender.
- Perumusan
yaitu dalam perumusan ini ide si sender disampaikan oleh kata-kata.
- Penyaluran
(transmitting) yaitu penyaluran ini bisa lisan,tertulis,simbol maupun
isyarat,dll.
- Tindakan
yaitu tindakan ini sebagai contoh perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
- Pengertian
yaitu kata-kata si sender dalam perumusan tadi dijadikan ide oleh si penerima.
- Penerimaan
yaitu ide atau informasi ini diterima oleh penangkap berita (receiver).
Dalam membina
kerjasama dalam kelompok inilah yang nantinya digunakan dalam rangka membina
koordinasi organisasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan arah dan
tujuan organisasi. Agar tercapai koordinasi dalam kerjasama, pada organisasi
itu sangat penting dilaksanakannya komunikasi yang tepat dan se-efektif mungkin sehingga koordinasi dan kerja sama
benar-benar dilaksanakan dengan tepat juga.
4. Hambatan-hambatan komunikasi dalam
organisasi:
Ø Hambatan Teknis
Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi
teknologi semakin berkurang dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan
teknologi, komunikasi dan informasi. Sehingga
saluran komunikasi dapat diandalkan dan efisien sebagai media
komunikasi. Menurut Chruden dan Sherman, dalam bukunya Personnel Management , 1976, jenis hambatan
teknis dalam komunikasi :
a. Tidak adanya rencana dan prosedur kerja yang jelas
b. Kurangnya informasi atau penjelasan.
c. Kurangnya keterampilan membaca.
d. Pemilihan media (saluran) yang kurang tepat.
Ø Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian
pengertian atau ide secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas
pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata membantu proses pertukaran
timbal balik arti dan pengertian (komunikan dan komunikator), tapi seringkali
proses penafsirannya keliru. Tidak adanya hubungan antara simbol dan dengan apa
yang di simbolkannya dapat mengakibatkan data yang dipakai ditafsirkan sangat
berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya. Untuk menghindari misi komunikasi
yang seperti ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai
dengan karakteristik komunikannya, dan melihai kemungkinan penafsirannya terhadap kata-kata yang dipakai.
Ø Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor emosi dan prasangka pribadi,
presepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan panca
indera manusia,dll.
Menurut Chruden dan Sherman:
a. Hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia
yaitu perbedaan umur, perbedaan presepsi,perbedaan keadaan emosi, perbedaan
status, keterampilan mendengarkan, penyaringan dan pencairan informasi.
b. Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam
organisasi yaitu Suasana iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
staff dan efektifitas komunikasi organisasi.
5. Klasifikasi komunikasi dalam organisasi
Dalam komunikasi organisasi terdapat beberapa macam
klasifikasi komunikasi dan diantaranya adalan sebagai berikut:
I. Dari segi sifatnya :
a. Komunikasi
lisan : komunikasi yang
langsung berbicara.
b. Komunikasi
tertulis : komunikasi yang
melalui tulisan.
c. Komunikasi
verbal : komunikasi yang
dibicarakan / diungkapkan.
d. Komunikasi
nonverbal : komunikasi yang tersirat.
II. Dari segi arahnya :
a. Komunikasi ke
atas : komunikasi dari bawahan
ke atasan.
b. Komunikasi ke
bawah : komunikasi dari atasan ke
bawahan.
c. Komunikasi
horizontal : komunikasi ke sesama
manusia yang derajatnya / tingkatnya sama.
d. Komunikasi satu
arah : Komunikasi tanpa ada timbal
balik.
e. Komunikasi dua
arah : komunikasi dengan adanya
timbal bakik / saling berkomunikasi.
III. Dari segi lawannya :
a. Komunikasi satu lawan satu :
berbicara dengan lawan bicara yang sama.
b. Komunikasi satu
lawan banyak(kelompok) :
berbicara antara satu orang dengan satu kelompok.
c. Komunikasi lawan kelompok :
berbicara antara satu kelompok dengan kelompok yang lain.
IV. Dari segi keresmiannya :
a. Komunikasi
formal : komunikasi yang
langsung resmi.
b. Komunikasi
informal : komunikasi yang tidak
resmi.
6. Faktor-faktor
Perubahan Organisasi
Di dalam sebuah perubahan dan
pengembangan tentu dapatlah terjadi pada apapun dan siapapun tidak terkecuali
dengan suatu bidang organisasi. Namun, tidak banyak individu atau organisasi
yang menyukai adanya perubahan, namun perubahan tidak dapat dihindari namun
harus di hadapi secara lantang dan berani.
Faktor perubahan dalam suatu organisasi dapat terjadi karna
2 faktor, yaitu :
1. Faktor internal
2. Faktor eksternal
1. Faktor internal
: Merupakan suatu faktor yang segala keseluruhan faktor yang ada di dalam
organisasi dimana faktor tersebut dapat mempengaruhi organisasi dan kegiatan
organisasi tersebut yang bersangkutan.
2. Faktor eksternal
: Merupakan segala keseluruhan faktor yang ada di luar organisasi yang dapat
mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi. Beberapa faktor tersebut antara
lain :
Politik, Hukum , Kebudayaan, Teknologi, Sumber alam,
Demografi dan sebagainya.
Dari perubahan tersebut tentunya
akan berdampak pada beberapa perubahan dalam organisasi tersebut, seperti
perubahan sifat organisasi. Untuk menangani masalah tersebut, haruslah
organisasi tersebut menetapkan suatu tindakan atau kebijakan dan penyesuaian diri
agar sifat organisasi yang sebelumnya tidak lenyap dan terganti.
Saat terjadi perubahan struktur
organisasi, haruslah tetap berpegang teguh kepada prinsip bahwa struktur
organisasi telah disusun dan di tetapkan dengan tujuan memberikan suatu
gambaran tentang berbagai hal dalam organisasi tersebut.
Dalam melakukan perubahan dalam
suatu organisasi umumnya tidak berjalan dengan begitu lancar karna terdapat
beberapa hambatan dalam proses perubahan tersebut. Hambatan tersebut umumnya
terjadi dari luar atau dari faktor ekstenal.
7. Proses perubahan Organisasi :
è Mengadakan Pengkajian
Maksudnya adalah dalam organisasi
tersebut diadakan suatu pengkajian atau proses penindak lanjutan kegiatan –
kegiatan atau cara – cara apa saja dalam organisasi tersebut,misalnya diadakan
pengkajian setiap sebulan sekali dalam organisasi tersebut agar organisasi
tersebut itu update dengan info- info yang dapat menunjang kemajuan dan tujuan
dari organisasi tersebut.
è Mengadakan Identifikasi
Maksudnya adalah melakukan
penyelidikan atau pemeriksaan secara detail tentang permasalahan – permasalahan
apa saja yang terjadi dalam organisasi tersebut,misalnya mengadakan
identifikasi masalah kasus yang sedang terjadi dalam organisasi tersebut setiap
seminggu sekali,langkah tersebut bertujuan agar dalam organisasi tersebut tahu
bagaimana menyelesaikan masalah apa saja yang terjadi dalam organisasi
tersebut.
è Menetapkan Perubahan
Maksudnya adalah menetapkan suatu
perubahan yang baru atau bisa dikatakan sebuah sistem baru dalam organisasi
tersebut,misalkan terjadi suatu perubahan sistem dalam organisasi tersebut dari
sistem yang lama dengan sistem yang baru dan apabila dilihat dari kinerjanya
sistem baru tersebut memang bagus dan berkembang dari sistem yang lama,maka
perubahan sistem tersebut harus ditetapkan dan meninggalkan sistem yang lama.
è Menentukan Strategi
Maksudnya adalah sebelum
melangkah dan memutuskan pilihan dalam suatu organisasi tersebut, harus
ditentukan dulu matang – matang atau difikirkan terlebih dahulu kira – kira
strategi apa yang dapat memajukan sebuah organisasi tersebut.
è Melakukan Evaluasi
Maksudnya adalah melakukan suatu
perubahan – perubahan sikap dalam organisasi tersebut,misalnya kita cari dulu
apa yang salah dalam organisasi tersebut dan solusi apa yang dapat
menyelesaikan masalah tersebut lalu kita benarkan kesalahan – kesalahan
tersebut dan tidak akan mengulanginya lagi,itulah yang disebut mengevaluasi
atau bisa dikatakan melakukan sebuah perubahan atau perbaikan dalam organisasi
tersebut,dengan sering kita mengevaluasi dalam organisasi tersebut, maka
organisasi tersebut menjadi bersikap hati – hati dan teliti dalam setiap
bertindak melakukan sesuatu yang berdampak langsung dalam organisasi tersebut.
8. Ciri – ciri
Pengembangan Organisasi.
Suatu strategi pendidikan yang
kompleks yang dimaksudkan untuk mengubah keyakinan, sikap, nilai, dan struktur
organisasi sehingga mereka dapat lebih beradaptasi dengan teknologi baru,
pemasaran dan tantangan, dan tingkat yang memusingkan perubahan itu sendiri.
Maka Pengembangan organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·
Merupakan strategi terencana dalam mewujudkan
perubahan organisasional, yang memiliki sasaran jelas berdasarkan diagnosa yang
tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
·
Merupakan kolaborasi antara berbagai pihak yang
akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.
·
Menekankan cara-cara baru yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja dalam organisasi.
·
Mengandung nilai humanistik dimana pengembangan
potensi manusia menjadi bagian terpenting.
·
Menggunakan pendekatan komitmen sehingga selalu
memperhitungkan pentingnya interaksi, interaksi dan interdependensi antara
berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana yang utuh.
·
Menggunakan pendekatan ilmiah dalam upaya
meningkatkan efektivitas organisasi.
Bila selama ini kita hanya
mengenal pembelajaran pada tingkat individu dan kelompok, maka perkembangan
manajemen telah mengenal pembelajaran organisasi (learning organization), yang
secara sederhana dapat diartikan sebagai : organisasi yang secara terus menerus
melakukan perubahan diri agar dapat mengelola pengetahuan lebih baik lagi,
memanfaatkan tekhnologi, memberdayakan sumber daya, dan memperluas area
belajarnya agar mampu bertahan di lingkungan yang selalu berubah.
9. Metode Perubahan
dan Pengembangan Organisasi.
Ada berbagai teknik yang
dirancang para ahli, dengan tujuan meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta
bekerja secara efektif, antar-individu maupun antar-kelompok dalam organisasi.
Beberapa teknik yang sering digunakan berikut ini.
1.
Sensitivity training, merupakan teknik OD yang
pertama diperkenalkan dan ayang dahulu paling sering digunakan. Teknik ini
sering disebut juga T-group. Dalam kelompok kelomok T (singkatan training) yang
masing masing terdiri atas 6 – 10 peserta, pemimpin kelompok (terlatih)
membimbing peserta meningkatkan kepekaan (sensitivity) terhadap orang lain,
serta ketrampilan dalam hubunga antar-pribadi.
2.
Team Building, adalah pendekatan yang bertujuan
memperdalam efektivitas serta kepuasaan tiap individu dalam kelompok kerjanya
atau tim. Teknik team building sangat membantu meningkatkan kerjasama dalam tim
yang menangani proyek dan organisasinya bersifat matriks.
3.
Survey feedback. Dalam teknik sruvey feedback.
Tiap peserta diminta menjawab kuesioner yang dimaksud untuk mengukur persepsi
serta sikap mereka (misalnya persepsi tentang kepuasan kerja dan gaya
kepemimpinan mereka). Hasil surveini diumpan balikkan pada setiap peserta,
termasuk pada para penyelia dan manajer yang terlibat. Kegiatan ini kemudian
dilanjutkan dengan kuliah atau lokakarya yang mengevaluasi hasil keseluruhan
dan mengusulkan perbaikan perbaikan konstruktif.
4.
Transcational Analysis (TA). TA berkonsentrasi
pada gaya komunikasi antar-individu. TA mengajarkan cara menyampaikan pesan
yang jelas dan bertanggung jawab, serta cara menjawab yang wajar dan
menyenangkan. TA dimaksudkan untuk mengurangi kebiasaan komunikasi yang buruk
dan menyesatkan.
5.
Intergroup activities. Fokus dalam teknik
intergroup activities adalah peningkatan hubungan baik
antar-kelompok.Ketergantungan antar kelompok , yang membentuk kesatuan
organisasi, menimbulkan banyak masalah dalam koordinasi. Intergroup activities
dirancang untuk meningkatkan kerjasama atau memecahkan konflik yang mungkin
timbul akibat saling ketergantungan tersebut.
6.
Proses Consultation. Dalam Process consultation,
konsultan OD mengamati komunikasi , pola pengambilan keputusan , gaya
kepemimpinan, metode kerjasama, dan pemecahan konflik dalam tiap unit
organisasi. Konsultan kemudian memberikan umpan balik pada semua pihak yang
terlibat tentang proses yang telah diamatinya , serta menganjurkan tindakan
koreksi.
7.
Grip OD. Pendekatan grip pada pengembangan
organisasi di dasarkan pada konsep managerial grip yang diperkenalkan oleh
Robert Blake dan Jane Mouton. Konsep ini mengevaluasi gaya kepemimpinan mereka
yang kurang efektif menjadi gaya kepemimpinan yang ideal, yang berorientasi
maksimum pada aspek manusia maupun aspek produksi.
8.
Third-party peacemaking. Dalam menerapkan teknik
ini, konsultan OD berperan sebagai pihak ketiga yang memanfaatkan berbagai cara
menengahi sengketa, serta berbagai teknik negosiasi untuk memecahkan persoalan
atau konflik antar-individu dan kelompok.
10.Pengertian
Kepemimpinan
·
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003)
Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar
mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing
orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
·
Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian
Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang
sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang
berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang
tepat bagi situasi yang khusus.
·
Moejiono (2002) memandang bahwa leadership
tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin
memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya.
Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang
leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan
sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin
(Moejiono, 2002).
11. Tipe Tipe
Kepemimpinan:
Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya
tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia
mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa
dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib
(supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya
sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi,
keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas
kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
Tipe Kepemimpinan
Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan
kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka
menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak
sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3)
mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan
sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan
pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas
mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.Sedangkan tipe
kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan
paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat
sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai
kasih sayang yang berlebih lebihan.
Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe
kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik
adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat
otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan
mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual
dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang
keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan
kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
Tipe Kepemimpinan Otokratis
(Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1)
mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2)
pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai
situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5)
bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan
tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak
buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8)
selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat
konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan bersikap baik pada
bawahan apabila mereka patuh.
Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin,
dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin
tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan
dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya
berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai
wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi
kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai
pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem
nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan
kacau balau.
Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan
hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali
sikap nasionalisme.
Tipe Kepemimpinan
Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang
mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya
biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang
mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat
tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan.
Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu
teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah
masyarakat.
Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi
pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab
internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan
demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada
partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.Kepemimpinan demokratis menghargai
potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia
mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu
memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan
kondisi yang tepat.
http://belajarpsikologi.com/tipe-tipe-kepemimpinan/
12. Teori Kepemimpinan
1. Teori orang-orang terkemukaBernard, Bingham, Tead dan Kilbourne menerangkan
kepemimpinan berkenaan dengan sifat-sifat dasar kepribadian dan karakter.
2. Teori lingkungan
Mumtord, menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan dan
keterampilan yang memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan
tertekan, perubahan dan adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan
tidak terletak dalam dari individu melainkan merupakan fungsi dari suatu
peristiwa.
3. Teori personal situasional
Case (1933) menyatakan bahwa kepemimpinan dihasilkan dari
rangkaian tiga faktor, yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok
dan anggotanya serta peristiwa yang diharapkan kepada kelompok.
4. Teori interaksi harapan
Homan (1950) menyatakan semakin tinggi kedudukan individu
dalam kelompok maka aktivitasnya semakin meluas dan semakin banyak anggota
kelompok yang berhasil diajak berinteraksi.
5. Teori humanistik
Likert (1961) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses
yang saling berhubungan dimana seseorang pemimpin harus memperhitungkan
harapan-harapan, nilai-nilai dan keterampilan individual dari mereka yang
terlibat dalam interaksi yang berlangsung.
6. Teori pertukaran
Blau (1964) menyatakan pengangkatan seseorang anggota untuk
menempati status yang cukup tinggi merupakan manfaat yang besar bagi dirinya.
Pemimpin cenderung akan kehilangan kekuasaaanya bila para anggota tidak lagi
sepenuh hati melaksanakan segala kewajibannya.
http://coretaneta.blogspot.com/2013/04/definisi-teori-tipe-tipe-kepemimpinan.html
Komentar
Posting Komentar