Kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya
dalam upaya mencapai tujuan organisasi (Nurkolis,2003). Menurut Chemers M,(1997) Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses pengaruh sosial di mana seseorang dapat
meminta bantuan dan dukungan dari orang lain dalam pemenuhan tugas - tugas umum.
Sedangkan menurut A. M. Mangunhardjana,
SJ (1976) inti dari kepemimpinan adalah
fungsi atau tugas, jadi pemimpin berusaha mempengaruhi, mengajak, mengumpulkan
dan menggerakkan banyak orang untuk bersama sama bekerja mencapai suatu tujuan.
Pencarian karakteristik atau ciri-ciri pemimpin telah
berlangsung selama berabad-abad. Tulisan-tulisan filosofis dari Plato telah
meneliti pertanyaan "Apa yang membedakan kualitas individu sebagai
pemimpin?" Yang mendasari pencarian ini adalah pengakuan awal pentingnya
kepemimpinan dan asumsi bahwa
kepemimpinan berakar pada karakteristik yang dimiliki setiap individu. Ide kepemimpinan yang didasarkan pada atribut
individu ini dikenal sebagai " teori sifat kepemimpinan ".
Impilkasi Manajerial Terhadap Sistem Komunikasi
Organisasi
Teori
ini memusatkan bagaimana seorang pemimpin memotivasi orang-orang dengan tipe X
dan Y sehingga mampu berkontribusi dalam organisasi. Tipe X yang cenderung
malas bekerja dan menyukai diperintah, mungkin akan membuthkan saluran
komunikasi yang formal, dimana pemimpin menginstruksikan berbagai perintah
secara formal. Berbeda dengan tipe Y, antara pemimpin dengan bawahan akan lebih
sering berkomunikasi secara informal atau partisipatif. Hal ini dilakukan
karena kedua belah pihak sudah saling memahami dan bawahan memiliki pengalaman
yang sudah baik.
Motivasi
yang diberikan kepada tipe X, mungkin akan cenderung dengan oemberian hukuman
yang tegas, sehingag berbagai peraturan tertulis sebagai media komunikasi akan
sangat dibutuhkan. Sedangkan untuk tipe X, komunikasi akan sangat mempengaruhi
karena motivasi yang diberikan lebih cenderung kepada aktualisasi diri untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan atau kebijakan dalam organisasi.
Teori Kepemimpinan Situasional
Teori
ini dikembangkan oleh Paul Hersey dan Keneth H. Blanchard (1974, 1977). Teori
kepemimpinan situasional merupakan pengembangan dari penelitian kepemimpinan
yang diselesaikan di Ohio State University (Stogdill dan Coons, 1957). Teori
ini bersaumsi bahwa pemimpin yang efektif tergantung pada kematangan bawahan
dan kemapuan pemimpin untuk menyelesaikan orientasinya, baik orientasi tugas
maupun hubungan kemanusiaan. Taraf kematangan bawahan terentang dalam satu
kontinum dari immatery ke maturity. Semakin dewasa bawahan, semakin matang
individu atau kelompok untuk melakukan tugas atau hubungan. Dalam kepemimpinan
situasional ini, Hersey dan Blanchard mengemukakan empat gaya kepemimpinan
sebagai berikut :
·
Telling (S1), yaitu perilaku pemimpin
dengan tugas tinggi dan tugas rendah. Gaya ini mempunyai ciri komunikasi satu
arah, dimana pemimpin yang berperan.
·
Selling (S2), perilaku dengan tigas
tinggi dan hubungan tinggi. Kebanyakan pengarahan masih dilakukan oleh
pemimpin, tetapi sudah mencoba komunikasi dua arah dengan dukungan
sosioemosional supaya bawahan turut bertanggung jawab dalam pengambilan
keputusan.
·
Participating (S3), yaitu perilaku
hubungan tinggi tugas rendah. Pemimpin dan bawahan sama-sama memberikan
kontribusi dalam mengambil keputusan melalui komunikasi dua arah dan yang
dipimpin cukup mampu dan berpengalaman untuk melaksanakan tugas.
·
Delegating (S4), yaitu perilaku hubungan
dan tugas rendah. Gaya ini memberikan kesempatan kepada yang dipimpin untuk
melaksanakan tugas mereka sendiri melalui pendelegasian dan supervise yang
bersifat umum. Yang dipimpin adalah orang yang sudahj matang dalam melaksanakan
tugas dan matang pula secara psikologis.
Tipologi
Kepemimpinan
Dalam
praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe
kepemimpinan; di antaranya adalah sebagian berikut (Siagian,1997).
1.
Tipe Otokratis.
Seorang
pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai
berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, Mengidentikkan tujuan
pribadi dengan tujuan organisasi, Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata,
Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, Terlalu tergantung kepada
kekuasaan formalnya, Dalam tindakan
penggerakkannya sering
mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2.
Tipe Militeristis
Perlu
diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe
militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang
pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki
sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih
sering dipergunakan, Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada
pangkat dan jabatannya, Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, Menuntut
disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, Sukar menerima kritikan dari
bawahannya, Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3.
Tipe Paternalistis.
Seorang
pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang
memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective), jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya,
dan sering bersikap maha tahu.
4.
Tipe Karismatik.
Hingga
sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang
pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian
mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai
pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula
tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena
kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang
karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi
dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil
tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah
seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John
F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih
muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil,
Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.
5.
Tipe Demokratis.
Pengetahuan
tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah
yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe
kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses
penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu
adalah makhluk yang termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari
pada bawahannya, senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari
bawahannya, selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha
mencapai tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu
tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat
kesalahan yang lain, selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses
daripadanya, dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai
pemimpin.
Secara
implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal
yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal,
alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang
demokratis.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Kepemimpinan
Menurut Hadari
(2003;70) menjelaskan bahwa unsur-unsur dalam kepemimpinan adalah
1. Adanya
seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin (leader).
2. Adanya
orang lain yang dipimpin
3. Adanya
kegiatan yang menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan mempengaruhi dan
pengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya
4. Adanya
tujuan yang hendak dicapai dan berlangsung dalam suatu proses di dalam
organisasi, baik organisasi besar maupun kecil.
Davis menyimpulkan ada empat faktor yang mempengaruhi
kepemimpinan dalam organisasi, yaitu :
·
Kecerdasan : seorang pemimpin harus
mempunyai kecerdasan yang melebihi para anggotanya
· Kematangan
dan keluasan sosial(Social manutary and breadth) : seorang pemimpin biasanya
memiliki emosi yang stabil, matang, memiliki aktivitas dan pandangan yang ckup
matang
· Motivasi dalam dan dorongan prestasi(Inner
motivation and achievement drives) : dalam diri seorang pemimpin harus
mempunyai motivasi dan dorongan untuk mencapai suatu tujuan
· Hubungan
manusiawi : pemimpin harus bisa mengenali dan menghargai para anggotanya
Menurut Greece, di dalam suatu organisasi, hubungan antara bawahan dengan
pimpinan bersifat saling mempengaruhi.
Daftar Pustaka
ü A.M.
Mangunhardjana, SJ. 1976. Kepemimpinan.
Yogyakarta : Kanisius.
ü Chemers
M. 1997. An integrative theory of
leadership. Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
ü Nurkolis,
Manajeman Berbasis Sekolah: Teori, Model
dan Aplikasi, Grasindo.
ü Rivai,
Veithzal. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers.
ü Robbins,
Stephen P. 2006. Organizational Behaviour
(tenth edition). New Jersey: Prentice Hall Inc. Alih bahasa: Molan,
Benyamin.(2006). Perilaku Organisasi (edisi
ke-10). Jakarta: Indeks.
ü Siagian,
dkk., 1991. Organisasi, Kepemimpinan dan
Perilaku Administrasi. Jakarta: Haji Masagung.
ü H.
Hadari Nawawi, 2003, Kepemimpinan
Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
ü Kuraesin
Masrifah, Implikasi Teori Kepemimpinan
Terhadap Pengembangan Sistem Komunikasi Organisasi, https://nenkiemas.wordpress.com/2011/09/25/implikasi-teori-kepemimpinan-terhadap-pengembangan-sistem-komunikasi-organisasi-2/
, 08 April 2015, 17:50 WIB.
ü Ipan
Wicaksono, Kepemimpinan, https://ipanwicaksono.wordpress.com/tag/tipologi-kepemimpinan/,
08 April 2015, 18:05 WIB.
Komentar
Posting Komentar